Pengalaman Pertamaku Di Kota Metropolitan

Sekitar hampir satu tahun lamanya sejak kuinjakkan kakiku di jakarta ini. Metropolitan yang keras. Tak pernah terbayangkan oleh sebelumnya. Ternyata diluar perkiraan ku. Lengah sedikit bisa dibantainya aku. Namaku Theo,28thn.  Asalku dari Ambon. Mulanya aku diajak kawanku kesini dengan iming-iming kerjaanku tidak terlalu berat. Hanya penjaga disebuah klub malam di mangga besar. Sebulan aku disana. Tapi tak berlangsung lama. Persaingan dengan geng lain disana kejam sekali. Ada aku punya kawan hilang entah kemana. Dengar2 dia diculik dan mayatnya dibuang di muara Angke. Ngeri kali.

Akhirnya sekarang jadi debt kolektor. Lumayanlah buat isi perut sehari2. 

Pada suatu hari aku sedang menikmati mati kopi dan rokok pada food court disebuah mall. Awalnya aku tidak bermaksud macam-macam,hanya menghilangkan rasa suntukku. Tiba2 saja beberapa meja didepanku ada seorang wanita,aku tak tau berapa umurnya. Kira2 pasti sudah punya anak. 

Dipandanginya aku terus sambil senyum-senyum. Akupun membalas senyum. Iya kan. Kita orang Ambon manise sangat ramah kalau ada orang suka pada kita orang. Lama2 dibuat aku salah tingkah. Lalu dia memberi seolah kode untuk datang kesitu. Akupun menurut. Maklum lah aku ini lugu. Sesampainya disitu duduk lah didepannya.

"Apa kabar bang? Baru pertama kali ya kesini?"

"Baik Bu. Eeh...iya..pulang dari kerja tadi saya".

"Siapa nama Abang?"

"Nama saya Theo,ibu. Nama ibu siapa. Boleh lah saya tau juga".

"Panggil saya Marni. Sendiri aja? Temennya mana?".

"Iya Bu. Kawan saya sudah pulang duluan tadi."

"Saya kira ada temennya lagi. Ajak aja kalo dia mau".

"Nanti saya bilangin ibu"

"Kamu gak sibuk kan?"

"Tidak ibu. Saya baru pulang kerja".

"Ooowh gitu...kita jalan2 yuk".

"Kemana ibu?".

"Udaaah...kamu ikut aja. Kamu pasti suka koq".

Diajaknya aku berkeliling mall sambil liat2 etalase mall. Aku banyak diamnya selama dia tidak memulai lebih dahulu.

"Kita keluar aja yuk"

Sampai diluar,dia memesan taxi online rupanya. Tak tau lah aku ini. Macam kerbau dicucuk hidung. Ia mampir sebentar disebuah mini market. Disuruhnya aku menunggu dimobil. Tak lama kemudian ia muncul denga menenteng sebuah plastik. Taxi meneruskan perjalanan dan memasuki sebuah hotel.

Kaget aku,kita punya jantung berdegup kencang. Timbul banyak pertanyaan. Mau apa dia kesini?Aahh... mungkin saja dia mau kasih aku kerja. Boleh kerja dihotel. Tak berpanas2 lagi dijalan.  Bisa jadi kulitku jadi putih disini...

Kuikuti terus dirinya sampai pada didepan pintu kamar. Diajaknya aku masuk. Masuklah aku... sudah terlanjur kepalang basah...basah sekalian lah.

"Kamu istrahat ya disini".

"Baik ibu..".

"Eehh...kamu jangan panggil saya ibu dong...emang saya udah tua yaaa...panggil mbak aja ya. Saya mau pipis dulu ya". Ia menuju kamar mandi. Kudengar suara pipisnya....macam suaraa...aku jadi tersenyum dalam hati.

Tidak berapa lama iapun keluar.... terkaget lagi aku. Mbak Marni hanya mengenakan handuk. Pakaian yang tadi dipakai sudah dilepas semua. Yang membuat aku terkejut lagi... tubuhnya yang gemuk dan... mama disurga...

Mbak Marni naik keatas tempat tidur dan dengan posisi mengajak aku dengan tangannya.

"Duduk sini Theo...koq diam aja dari tadi. Jangan takut2 gitu. Pijitin mbak ya..".

Ia tengkurap masih memakai handuknya.

"Iyy...iyyaa...mbak..eh...yang mana yang saya mau pijat mbak?".

"Betis mbak ya. Tadi jalan di mall capek banget kaki mbak".

Aku mulai memijat betisnya. Jantungku makin berdetak kencang... tanganku gemetar. Bagaimana tidak. Betis putih dan mulus itu...membuat pendulumku menjadi keras. Kupijit terus dari telapak kakinya sampai dibelakang lututnya. 

"Mantap sekali pijitan kamu Theo. Tenagamu kuat. Berasa pijitan kamu. Naik lagi kepaha mbak ya".

Oooh....mama disurga...kutelan ludahku....cobaan apa lagi ini. 

Akhirnya kuturuti apa maunya. Ia masih memakai handuknya. Kuselipkan jari2 tanganku dibalik handuknya dan memijat pahanya yang mulus. Gerakan tanganku naik turun sepanjang paha mbak Mirna. Aku melihat tubuhnya menggeliat... nafasnya mendesis.

"Hhhhmmm...pintar sekali kamu Theo. Mbak suka tangan kasarmu itu...mmmmm.... teruskaaaaannn... Theo..."

Baca Juga : 

Aku makin bersemangat....hingga jari2ku sedikit menyentuh didalam pangkal pahanya. Ia kaget dan bergelinjang. 

Sejurus kemudian ia membalikan tubuhnya. Aku kaget. Pasti dia marah aku lakukan yang tadi itu. Ia hanya tersent.

"Lhooo....kamu masih pake baju...lepas Doong....mbak bantuin ya.".

Ia membantuku melepas t shirt ku...dadaku yang berbulu halus dirabanya.... dilepaskan juga jeans ku... berikutnya celana dalamku.

"Wwoooow.....enggak salah deh perkiraan mbak tadi. Kamu pasti punya kontol yang besar...". Seraya dimain2kannya batangku. Kemudian ia berbaring dan menyingkapkan handuknya. Betapa sugahan yang indah...tetek yang besar...dan....bulu lebat diselangkangannya.

Sontak saja naluri laki-laki pun terkuak. Aku tindih tubuhnya... aku cium bibirnya....begitu ganasnya ia menciumku...kami saling gigit... sementara tanganku meremasi teteknya....

"Oooowwwhhh...theeeooo..... ternyata...kamu pintar...yaaa....sssshhhhhh... aaahhhhh....".

Aku hanya diam ,dan kuteruskan jilatanku pada dadanya...kumasukkan dalam2 pentil teteknya dalam mulutku.... tangannya menggapai teteknya sendiri...dan arahkan lebih dalam lagi....ku dengar teriakannya...

Tiba2 ia tolak kepalaku...dan menarik pinggangku yang membuat kontolku sekarang didepan wajahnya.... seketika kemudian.....mbak Marni memasukkan kedalam mulutnya... tidak semuanya bisa masuk kedalam  mulutnya.. dijilatinya...akupun...berasa nikmat luar biasa...kedua tanganku bertumpu pada dinding dan melihat mbak Marni memainkan bibir dan lidahnya pada kontolku.

"Mmmmm...kontol kamu keras dan tegap Theo....aku suka sekali".

"Apa iya mbak...?" Kemudian kuteruskan jilatanku menyusuri tubuhnya yang gemuk... kugigit.

.tak ada yang terlewatkan... hingga bibirku tertuju pada onggokan daging yang menyembul diantara bulu lebatnya. Aku arahkan bibirku..... kugigit2 bibir vaginanya... lidahku masuk kedalam vagina putihnya.....dan tambah lagi dengan jari tengahku.

"Thheeeooooo....gilaaa..kaammmuuu...yyyaaaa....kaauu..apaaaakaaaan...mmemeeek...aaakkuuu.... aaaahhhh..... ssshhhh.. oooowwwhhh....".

Pinggangnya sontak ia dorong keatas...terbanting lagi .... bergelinjang kekanan...kekiri...kepalaku dan dijambaknya... didorong...namun kemudian ditarik lagi hingga aku kesulitan bernafas....lendir licinnya mengalir deras... kujilati.... dijepitkan pahanya pada kepalaku...aku makin bersemangat. Untuk kedua kalinya mbak Marni menjerit.

Akhirnya aku sudah permainan lidahku. Kucium bibirnya.

"Sekarang Theo.... sekarang....aku sudah tak tahan".

"Iyaaa... mbaaak..".

Kupegang kontol dan kuarahkan pada vaginanya. Namun sebelum aku masukkan,aku mainkan dengan menggesek2an pada bibir vaginanya....pada bulunya...dan kutepuk2..

"Thheeoooo....kamuuu..jahat yaaa....nyiksa mbak begitu..."

Suaranya yang penuh gairah dan birahi terasa merdu kudengar. Akhirnya......blllleeeesss.....kontolku perlahan memasuki lubang kenikmatan. Ia menjerit menahan rasa sakit... sekaligus menahan kenikmatan... matanya terpejam... bibirnya menyeringai....

"Oooowwwhhh..... theeeooo.....nikmat sekaaaliiiiii....kooon...tolmu iittuuu.... aaahhhh.....". 

Tangannya memeluk punggungku, ditekannya. Akupun merasakan hal yang sama. Kontolku bagai dijepitnya....terasa tersedot lebih dalam. Aku biarkan ia menikmati saat2 itu. Kemudian kudorong maju mundur....pelan2.... Kupandangi wajahnya yang sedang menikmati itu. Sesekali aku dorong hingga kedasar....ia menjerit....kutarik lagi....kumainkan kepala kontolku saja pada permukaan lubang vaginanya..... pinggangnya ikut terangkat saat kutarik. Seakan mengejar kontolku. Ia menikmatinya. Beberapa saat kemudian lengkingan jeritan panjang disertai gigitan pada punggungku...dan kurasakan hangatnya kontolku.

"Aaaaaawww.... thheeeooooo.... oooowwwhhh.....eeeeddaaannn.....ssshhiiit...dorong lebih dalam lagi theoo....." Rupanya mbak Marni sudah mencapai puncak kenikmatan. Nafasnya yang terengah-engah...keringat pada teteknya aku jilat. Akupun menghentikan goyanganku.

"Mbak sudah keluar kah?".

"Iyaaa.... hhhmmmm....kamu gila ya...aku gak nyangka bisa seperti ini".

"Tapi saya belum mbak....".

"Hhhhmmm...mbak sepong aja ya. Kamu rebahan ya".

Aku rebahkan tubuhku. Sekarang mbak Marni diatas kontolku....dan mulai dengan kulumannya... dijilatnya.... kontolku yang panjang dan besar ini rupanya tak bisa masuk semua dalam mulutnya. Berasa sekali hingga sampai kerongkongan.... disamping ia mengulum kontolku dirabanya dadaku....aku merasakan kenikmatan luar biasa.... Yessy saja pacarku tak sehebat mbak Marni ini....saat kontolku didalam, diisapnya...berasa ditariknya...dan dimainkan lidahnya didalam...berputar.... sebentar lagi aku merasakan mau keluar.....benar saja...aku tak sanggup menahan... crreeeet.... crreeeet....maniku menyembur dalam mulutnya...ia diam sejenak dan menunggu sampai tembakan terakhir....oooh... Tuhan... dijilatinya habis tak tersisa.

"Hhhhmmm....mani kamu banyak banget... kental... gurih2 mbak suka yang seperti ini....".

Aku hanya terdiam.  Nafasku naik turun....masih merasakan nikmat jilatan bibir dan lidahnya..

"Mbak Marni.... saya tak tahan lama2 dengan jilatan mbak. Berasa nikmat sekali...memek mbak juga begitu...terasa ditarik2 kedalam...".

"Bisa aja kamu nih. Kamu sering ya beginian?".

"Baru dua....eh...tiga kali dengan pacar saya".

"Enak mana dengan saya?".

"Ooo...jelas...mbak Marni punya lebih enak".

"Kamu nih...udah bisa gombal yaa...mandi sama yuk...kita pulang. Sebentar lagi suami mbak pulang. Nanti dia pulang mbak gak ada dicariin ".

Aku mandi bersama dengan mbak Marni. Saling membasuh sabun. Karena kemolekan tubuhnya, akhirnya kami bermain lagi didalam kamar mandi. Dengan posisi berdiri,duduk hingga mbak Marni pada posisi nungging. Kali ini aku tembakan dalam vaginanya...ia menjerit sejadi-jadinya.

Itulah awal pengalamanku. Aku sering mencarinya juga di Facebook atau Twitter. Sebagai pemuas ibu2 atau wanita muda kesepian yang ditinggal suaminya kerja diluar kota. Mbak Marni pun sering kali menelpon ku menemaninya untuk memuaskan kebutuhan birahinya. Begitulah Akhir Cerita Pengalaman Pertamaku Di Kota Metropolitan

0 comments:

Post a Comment